“Jadi mengapa ada Pokemon yang berevolusi dan mengapa ada yang tidak?” Tanya Seorang anak laki-laki di meja paling depan, rambutnya sedikit ‘gondrong’ dan berwarna hitam pekat, namanya Nerou. “Itulah yang sedang diselidiki para peneliti Pokemon di seluruh dunia, dan sampai saat ini, masih belum ada yang tahu jawabannya” Jawab Roxanne, salah satu guru di ‘sekolah Pokemon’ ini. Katanya , Nerou adalah anak pindahan dari daerah yang dinamakan Kanto, dan dia sangat tertarik dan ingin sekali tau banyak tentang Pokemon. Sedangkan aku sendiri? Aku sih jarang bertanya, karena aku sendiri sudah tahu banyak tentang Pokemon, mengapa? Karena kakakku dulu seorang Pelatih Pokemon dan sekarang dia adalah peneliti, dia baru saja memenangkan Elite Four (E4) dan pulang kesini untuk memenuhi cita-citanya, yaitu seorang peneliti.
Aku juga ingin menjadi Pelatih Pokemon. Kakakku sering menceritakan tentang perjalanannya, bagaimana dia melawan Gym Leader, Pokemon apa saja yang ditemui dan lain-lain. Tapi, kata kakakku, yang paling menyenangkan adalah saat menerima Pokemon pertama. Walaupun aku punya Pokemon yang sudah jadi sahabatku sejak kecil. Pokemon itu adalah Magnemite, aku menamakannya ‘Maxilliam’ atau ‘Max’, Maxilliam adalah nama dari seorang Pelatih Pokemon yang kuat, makanya aku menamakan Magnemiteku ‘Maxilliam’. ‘Max’ dulu kutemukan saat aku berjalan-jalan di New Mauville, karena rumahku di Kota Mauville, jadi aku sering ke sana. New Mauville sudah seperti halaman rumahku sendiri, sedangkan Max sendiri adalah Magnemite ‘Baru’, dia baru saja menetas dari Telurnya, maka dari itu, saat kita bertemu, kita langsung bersahabat.. Tapi tetap saja aku penasaran apa rasanya menjadi Pelatih Pokemon dan mendapatkan Pokemon pertamaku yang resmi, habis, aku sudah lulus dari sekolah Pokemon dari 2 Bulan yang lalu, dan kata Ayahku, aku harus menunggu di saat ulang tahunku yang ke 11 agar aku bisa mendapat Pokemon pertamaku dan peralatan pelatih yang lainnya.
“Hey Shed! Bangun! Katanya Mau mengambil Pokemon pertamamu di kota Littleroot!?”, aku terbangun, ya ampun, jadi tadi itu Cuma mimpi ‘Flashback’ ku dulu? “Jangan bilang kamu bermimpi saat kamu masih di Sekolah Pokemon lagi?” kata seseorang yang memiliki bentuk fisik yang sama denganku, rambutnya agak berdiri, berwarna pirang, di jubah Abu-Abunya ada kartu pengenal bertuliskan:
Sammon (Sam)
Mauville City’s Pokemon Researcher
FAN FIC INI MILIK DAN perjalananshed.blogspot.com
Oh, itu ternyata kakakku. “Mau jadi Pelatih Pokemon tidak? Mumpung kakak lagi mau kesana! Aku antarkan pakai Fearow-ku!” katanya sambil menggoyang-goyangkan badanku di Tempat tidur. “Ah..iya..Steelix..pakai Iron Tail…” kataku yang lagi setengah tidur. Lalu, muka Kakak mulai memerah karena kesal, dia pun mengeluarkan PokeBallnya dan memanggil salah satu Pokemon andalannya, Porygon 2. “Kalau dengan cara baik-baik tidak bisa, akan kugunakan cara kasar” Sepetinya aku telah mengaktifkan sifatnya yang paling menyebalkan: Temperamental. “Porygon 2, Shock Wave!” lalu Porygon mengeluarkan sebuah gelombang listrik dan gelombang listrik itu menyetrum dan membangunkanku. “IYA IYA!! AKU AKAN BANGUN!!” aku jawab dengan intonasi yang sedikit ku tinggikan karena kesal. “Bagus lah, sekarang kamu beres-beres dan kita akan pergi. Kalau telat 5 detik saja, kutinggal”, “Iya, iya” aku jawab sambil beres-beres barang yang ingin ku bawa.Tidak lama kemudian, aku sudah ada di ruang tamu rumahku, peralatanku super lengkap, niatnya sih untuk jaga-jaga saja, takutnya begini-begitu, tapi saat kakakku melihat aku menggendong tas berisi barang-barang gak penting, reaksinya malah seperti ini: “kamu itu mau jadi Pelatih Pokemon atau badut sirkus?”.
“Perasaan saat kakak pertama kali mau berpetualang, barang yang kakak bawa hanya Makanan Darurat, Tenda Darurat, Baju ganti, P3K, dan berberapa alat pembantu lainnya seperti Tali dan senter, kalau butuh barang lain kan tinggal beli di PokeMart, sedangkan kalau mau tidur bisa numpang di Pokemon Centre, dan alat komunikasi, nanti dikasih
PokeNav, kamu kenapa sampai bawa Kacamata Hitam segala?” tambahnya. “Ooh Kalau kacamata Hitam bisa untuk tetap terlihat keren” aku jawab dengan bodohnya. Kakak
bengong, melihatku dengan tatapan yang berarti: “kamu itu idiot”. Lalu kakakku berkata dengan geram “KAYAKNYA GAK PENTING JUGA DEH! SINI KAKAK PILIHIN BARANG-BARANG YANG HARUS DIBAWA”
Setelah kakakku memilih barang-barang yang bisa dibawa, dan mengeluarkan barang-barang tidak berguna, seperti , kacamata hitam, Pensil, Pulpen, Piring (aku sendiri juga gak tau gunannya apa), kita pun menuju halaman rumah. “Sayang sekali Ayah dan Ibu tidak bisa melihat ini.. memang mereka kemana sih?”
“Mereka pergi ke Sinnoh untuk panggilan menjadi juri Kontes disana, paling-paling mereka pulang 5 hari lagi, toh, kamu sudah ‘Pamitan’ sama mereka tadi malam kan?” jawab Sam sambil melempar sebuah Pokeball dan memanggil Pokemonnya, Fearow. “Ayo Naik, kita menuju Littleroot sekarang” aku pun naik ke atas Fearow bersama Kakakku. Lalu Fearow terbang, kita pun menuju LittleRoot…
Kembali ke Atas
bgus jga....mana lanjutannya? hha
BalasHapusnice....ciri khas Dan tetap nyangkut di novel kisah ini.....
BalasHapuskeren..
BalasHapuskalo bisa banyakin humornya
akan diusahakan, hehe
BalasHapus