Apa Itu "Shed's Blog" ?

Shed's Blog merupakan fanfiction Pokemon bersambung karya danielshedley.

Fanfiction ini menceritakan tentang petualangan Shed, seorang pelatih Pokemon muda yang memulai petualangannya di region Hoenn.
Ditemani dengan Pokemon-Pokemon-nya yang diberi nama panggilan yang unik-unik, Shed akan menjadi pelatih Pokemon terhebat!
(baca selengakapnya, Klik disini)



(fanfict ini buatan Dan dari website perjalananshed.blogspot.com..kalau kalian menemukan tulisan ini di tempat lain selain di web tersebut, berarti tulisan ini telah dibajak)
~danielshedley

©2009-2012 Shed's Blog Allright Reserved


Sabtu, 07 Mei 2011

Entri #048 : Dimana?

"AAPPAA!?!?"
Tubuh Milotic yang besar dan berwarna kuning lama kelamaan menciut dan berubah menjadi warna merah, lalu masuk kedalam PokeBall-ku.
"Apa yang barusan terjadi!? Kok bisa!?" Reiji berteriak penuh keheranan. Wajar memang, kalau aku adalah dia, aku juga pasti akan heran. Sangat heran.
"Seumur-umur aku hidup baru tahu ada seseorang bisa menangkap Pokemon orang lain!!" Tanya Reiji dengan keheranan, sementara itu si Aime melongo seperti ikan yang belum diberi makan.
Reiji berlari menghampiri dan merebut PokeBall yang ada ditangan kananku. Reiji seperti memeriksa PokeBall-ku, hingga diterawang segala. Memangnya PokeBall-ku uang palsu.

"PokeBall-mu tidak ada yang aneh kok.. Tapi bagaimana kau melakukan hal tadi? Apakah ini juga termasuk 'kemampuan' yang kau punya? Menangkap Pokemon lawan?" Reiji bertanya dengan muka penuh keheranan, seperti seorang anak kecil yang baru tahu kalau Vibrava adalah evolusi dari Trapinch.
"Hahahaha kau ini seperti anak kecil saja", Kataku santai.



Reiji memberikan kembali PokeBall itu kepadaku. Aku melihat kearah Aime, ia masih bengong dengan mulut yang terbuka lebar, kali ini seperti Loudred yang kelaparan. Bagus, dia sedang lengah. Dengan sigap aku langsung mengeluarkan Maxilliam dan menyuruh Pokemon magnet tersebut untuk melumpuhkan Aime dengan Thunder Wave. Aime yang kaget dan panik berusaha kabur, namun terlambat karena serangan dari Maxilliam lebih cepat mengenainya. Aime pun terjatuh dan tak bisa bergerak.

"Bagus, sekarang ayo selamatkan Claire" Kataku menepuk pundak Reiji. Aku berjalan kearah Claire yang terikat di sebuah bangku. Aku menoleh kebelakang, rupanya Reiji masih belum menggerakan kakinya. Dia masih terdiam seperti patung. Aku harap Thunder Wave Maxilliam tadi tidak nyasar ke Reiji.
"Aku masih bingung, Shed. Bagaimana kau bisa menangkap Milotic tersebut?"
"Hahahaha, aku tidak menangkapnya, Reiji.." Aku berbalik badan dan mulai menjelaskan semuanya kepada Reiji.

Aku menceritakan ke Reiji salah satu cerita pengalamanku dengan Claire. Jika kalian mengikuti kisahku, tentu ingat kejadian saat aku sedang menuju kota Fortree bukan? Saat itu aku dan Claire sedang berada di rute 119, mau menuju kota Fortree. Ditengah jalan, aku menemukan Feebas liar, aku berusaha menangkapnya. Tapi karena saat itu aku belum jago (memang sekarang sudah?), jadi Feebas tersebut kabur. Beruntung Claire punya semacam alat stiker-pelacak dan menempelkannya pada Feebas tersebut. Setelah membiarkannya pergi, aku bertemu Feebas tersebut lagi. Kali ini bersamaan dengan sebuah kapal selam milik Aime. Disaat itu aku dengan sukses menangkap Feebas, walau harus sekaligus berurusan dengan Aime. Saat itu Aime mencoba kabur, dan tanpa pikir panjang aku menyuruh Feebas untuk mengejarnya, yang malah Feebas hilang terbawa Aime.

"Jadi mungkin saja setelah Feebas tersebut secara tidak sengaja terbawa Aime, dia melatihnya hingga seperti ini?" Tanya Reiji. Aku mengangguk. Aku menyadari hal ini setelah melihat stiker pelacak yang masih menempel pada ekor Milotic, juga karena suara misterius yang mengatakan aku 'manusia apatis'. Oke, aku memang salah, saat Feebas terbawa pergi aku tidak melakukan apa-apa. Tapi ya, mau bagaimana lagi? saat itu aku terkena Sleep Powder!

"Seharusnya kau membuat sebuah diari atau Blog, Shed. Habis, petualanganmu sepertinya seru sekali" Kata Reiji ngelantur. Tak menghiraukan perkataan Reiji, aku langsung berlari menuju Claire dan berusaha melepas ikatan talinya, begitu juga Reiji langsung berlari mengikutiku.
Aku berusaha melepas simpul tali yang mengikat tangan Claire. Namun aku gagal berkali-kali karena talinya menyetrum sehingga aku kesusahan. Akhirnya Reiji berusaha melepas simpul talinya dengan menggunakan sarung tangan, dan berhasil.

Tapi.. masalah belum selesai karena Claire itu sendiri tidak sadarkan diri. Aku mencoba membangunkannya. Mulai dari meneriakannya, menggerak-gerakan badannya, hingga menyiramnya dengan air, tapi dia tetap tidak bangun.
Reiji berhipotesis bahwa Claire tidak dibius dengan biusan biasa, atau malah tidak menggunakan obat atau alat apapun. Bisa jadi Claire dihipnotis, mungkin oleh Pokemon.
"Bagaimana jika kau bertanya kepada Aime yang sedang lumpuh, Rei?" Pintaku selagi terus berusaha membangunkan Claire.
 Reiji setuju dan langsung berlari kearah Aime yang terbaring dilantai, tak bisa bergerak. Aku tetap terus berusaha membangunkan Claire. Aku terus menggerakan badannya, sesekali berteriak ditelinganya.
Semoga saja saat dia terbangun dia tidak menjadi tuli.

"Apa katanya, Rei?"

Hening. Tak ada jawaban.

"Reiji? Kau sudah bertanya belu...??" Aku menegok kebelakang, dan lagi-lagi mendapati sesuatu yang ajaib. Reiji menghilang. Begitu juga Aime yang sedang berbaring dilantai, sekarang sudah hilang. Hebat sekali. Kenapa hal aneh terus terjadi padaku?

Tiba-tiba aku mendengar suara tepuk tangan.
Dari mana asalnya? apakah ditempat ini ada yang ulang tahun? Lagipula, ulang tahun siapa? Tidak mungkin aku 'kan? Ulang tahunku masih lama!
"Hebat, Shed, kau hebat" Terdengar suara menggema diruangan. Rupanya suara tersebut berasal dari seseorang yang berdiri dalam kegelapan di tepi ruangan.
"Hey, Milo, jujur saja, aku agak bosan selalu bertemu denganmu disaat seperti ini" Sapaku yang berharap bahwa itu adalah suara tepuk tangan karena ada yang ulang tahun, bukan tepuk tangan Milo.

 "Claire dihipnotis menggunakan Gallade-ku, dia tidak akan bisa dibangunkan dengan cara seperti itu" Kata Milo dengan senyum lebar diwajahnya. Benar dugaanku, Claire dihipnotis oleh Pokemon, maka dari itu dibangunkan dengan cara biasa tak bangun-bagun!
Dengan perlahan aku melepaskan legan Claire yang kugenggam dengan erat, dan berdiri tegap menghadap Milo.
"Dimana Reiji?" Tanyaku dengan geram. Milo tersenyum.
Dia mengangkat tangannya setinggi kepalanya, dan jari tangannya membentuk seperti sebuah kode. Seketika saja ruangan ini yang tadinya agak gelap menjadi terang. Sekarang aku bisa melihat setiap sudut ruangan dengan sangat jelas. Dan ruangan ini seperti kotak kosong raksasa. Semua tembok berwarna abu-abu polos. Tidak ada semacam pintu rahasia atau hal lainnya. Hal ini semakin membuat aku bingung, Milo datang darimana? dan kenapa Claire disekap diruangan seperti ini?

"Kalau kau cukup pintar, pasti kau sadar bahwa aku sengaja membuatmu datang ke sini" Milo menghentikan langkahnya.
"Tentu saja aku tahu" Padahal sebenarnya aku tidak tahu dan dalam hati terkejut. Aku tak menyangka bisa sebodoh ini sehingga terjebak dalam perangkap. Ya, perangkap. Setelah mengetahui hal tadi, aku langsung yakin ruangan ini adalah sebuah perangkap. Aku tidak tahu hal apa yang akan terjadi, tapi yang pasti bukan sesuatu yang baik.

"Oh iya" Milo menggulung lengan bajunya.
"Aku lupa" Lagi-lagi tangan Milo membentuk sebuah kode. Kali ini kodenya berbeda. Kali ini beberapa orang muncul dibelakang Milo dengan seekor Gallade ditengah-tengah mereka. Aku terkejut sekaligus bingung. Bingung karena aku tidak mengerti kenapa Milo harus menggulung lengan bajunya untuk melakukan kode tersebut? Oh well, bukan hal yang penting untuk dipikirkan sekarang.

Segerombolan orang tersebut membawa sebuah monitor kecil. Monitor kecil tersebut menayangkan gambar Sammon dan Reiji sedang tak sadarkan diri di sebuah ruangan.
"Mereka tak akan sadar, seperti Claire, kecuali kau menolong mereka seperti di film-film"
"Tak perlu mengatakan hal seperti itu kau juga pasti tahu aku akan menyelamatkan mereka" Kataku kehabisan kata-kata untuk membalas kalimat Milo.

Kembali ke Atas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"