Apa Itu "Shed's Blog" ?

Shed's Blog merupakan fanfiction Pokemon bersambung karya danielshedley.

Fanfiction ini menceritakan tentang petualangan Shed, seorang pelatih Pokemon muda yang memulai petualangannya di region Hoenn.
Ditemani dengan Pokemon-Pokemon-nya yang diberi nama panggilan yang unik-unik, Shed akan menjadi pelatih Pokemon terhebat!
(baca selengakapnya, Klik disini)



(fanfict ini buatan Dan dari website perjalananshed.blogspot.com..kalau kalian menemukan tulisan ini di tempat lain selain di web tersebut, berarti tulisan ini telah dibajak)
~danielshedley

©2009-2012 Shed's Blog Allright Reserved


Senin, 13 Desember 2010

Entri #038 : Musuh Dalam Selimut

"Tak kusangka kita bisa berada di tempat yang sama lagi dalam jangka  waktu sekitar 2 hari saja" Kata Milo dengan perlahan melangkah mendekatiku dan Wallace, yang secara otomatis, aku dan Wallace juga ikut mundur. Milo terlihat begitu mengancam dengan seekor Pokemon tinggi berwarna putih di sampingnya. Belum lagi Milo dengan sukses melukai anggota sendiri sampai tidak sadar. Kalau tak salah, itu Pokemon dari daerah Sinnoh yang bernama Gallade. Tentu saja, Milo 'kan memiliki Kirlia.

Milo mengentikan langkahnya. Mungkin, karena sekarang kita sedang berada di sebuah lorong. Dengan satu-satunya jalan keluar yang berada di belakang Milo. Sedang ruangan yang kita interogasi tadi, tak lain tak bukan hanyalah sebuah gudang kecil berisi barang-barang tak terpakai. Kita bisa saja bersembunyi di gudang itu, namun, apa yang akan kita lakukan disitu?

Wallace menyuruhku untuk jangan melawan. Karena, kita tidak mungkin bisa berbuat apa-apa. Salah-salah dikit Milo bisa saja memanggil grunt-grunt-nya dan menyerang kami.
"Shed, aku ada ide" Bisik Wallace.
Aku menaikan alis kananku. "Kau alihkan perhatiannya, aku akan minta bantuan melalui PokeGear" Lanjut Wallace yang perlahan memasukan tangan ke kantongnya.
"aku  mengalihkan perhatian? apa maksudmu? bagaimana caranya?"
"Ya.. ajak ngobrol gitu atau ajak main futsal bareng, ya aku tidak tahu! yang penting perhatiannya teralih! jangan sampai dia tahu aku mau memanggil bala bantuan!" Wallace malah sewot.

Mengalihkan perhatian? okelah kalau begitu. Aku ajak bicara saja.
"Sudah selesai gosipnya?" Milo malah yang memulai pembicaraan.
"Sudah. Kenapa? kau iri karena tidak punya teman untuk ngobrol ya?" Balasku.
Milo terkekeh. "Oh ya? Aku kira kita teman baik"
"Kita dulu memang teman. Tidak setelah kau berubah menjadi..
seperti ini.  Apa yang terjadi padamu Milo?"
"Berubah? Aku tidak berubah."
"Tapi setidaknya aku butuh penjelasan mengenai semua ini, Milo. Aku yakin kejadian saat perlombaan yang aku diserang oleh Agen Aaron itu ada sangkut pautnya denganmu" Balasku. Entah kenapa aku yang awalnya  berbicara hanya untuk sekedar mengalihkan perhatian, malah membuatku jadi penasaran sendiri dengan apa-apa yang sudah kutanyakan padanya.
".. Oh iya, Grunt itu tadi berbicara sesuatu tentang Ayahmu. Ayahmu si Roe Jastence.. Bukan sekedar koki terkenal 'kan?" Lanjutku lagi sambil menunjuk Grunt yang tak sadarkan diri dibelakangku.
Milo tertawa lantang. Lalu melihatku dengan tatapan tajam dan tersenyum simpul.
"Begini, aku tak mau membicarakan Ayahku, mengerti? Kalau soal beliau aku yakin Claire juga mengerti" Dia berhenti sebentar, dan lanjut berbicara, "..Lalu soal Agen Aaron tadi... Karena aku merasa bersalah juga padamu, jadi kubocorkan sedikit. Sebenarnya Agen Aaron mengetahui mengenai kelebihanmu. Dia juga memiliki kelebihan yang hampir mirip denganmu maka dari itu dia tahu saat tak sengaja berpapasan denganmu du kota Rustboro" Jelas Milo panjang lebar. Kelebihan? Aku punya kelebihan dan Agen Aaron juga punya? Apa maksudnya?

"Uhh.. Milo, apa maksudmu dengan kelebi-"
".. Maka dari itu mengetahui hal tersebut, aku mengikutimu dan terjadi kejadian di Goa Granite dimana aku berpura-pura mencari Nosepass. Setelah itu, baru aku bertemu Aime di Slateport dan mengatur semua kejadian di arena perlombaan agar bisa merekrutmu" Lanjutnya lagi memotong pertanyaanku.
Jadi begitu. Sepertinya mata rantai - mata rantai yang putus sudah mulai tersambung. Kecuali ada satu bagian yang belum bisa tersambung. Yaitu mengenai 'kelebihan' yang tadi Milo sebutkan! 
Saat aku mau berbicara lagi, tiba-tiba saja Wallace menggenggam tanganku dengan erat dan mengeluarkan PokeBall yang berisi seekor Whishcash dan Seaking. Aku tidak mengerti maksudnya sampai akhirnya dia berteriak dengan lantang.
"Kalian berdua! WaterFall!" Seaking dan Whiscash diselimuti air dan bergerak dengan sangat cepat dan berbahaya bagaikan rakit Arung Jeram yang sedang melewati arus kencang. Wallace berpegangan tangan kepada salah satu Pokemon tersebut sambil menarikku. Kami berdua melaju dengan kencang kearah Milo.
"Hahahaha! mau menyerangku begitu saja? Gallade, teleport!" Milo menghilang dari pandangan.
"Wallace! Milo-nya kabur!" Teriakku dengan mulut penuh air.
"Begitu juga dengan kita!" Balasnya. Seaking dan Whiscash menghantam tembok dan.. tembok tersebut hancur! Kita menembus kebalik tembok tersebut dan menyadari.. kita berada di luar gedung! Di lantai 6 pula!


"Oke, Shed, jangan lepas tanganku!" Kata Wallace sambil mengembalikan kedua Pokemonnya kedalam Pokeball.
"KENAPA JUGA HARUS KULEPAS, JIKA SEKARANG KITA SEDANG TERJUN BEBAS DARI LANTAI 6 SEBUAH GEDUNG BERTINGKAT!!!!"
Apa yang Wallace pikirkan!? Terjun dari lantai 6 sebuah gedung bertingkat? Apakah dia sudah gila!? Apakah dia sudah bosan menjadi ketua Gym kota Sootopolis sehingga dia mau melakukan percobaan bunuh diri!?
"Itu dia!" Teriak Wallace.
"AAAHHH! AHHH! IBU!! TOLONG ANAKMU!!" Aku terus teriak-teriak gak karuan begitu melihat daratan semakin mendekat dan mendekat.
Begitu ketinggian sudah sekitar 10 meter aku sudah pasrah saja.

Matilah aku, apakah aku akan mati disini?
Namun seketika.. tubuhku berhenti! Aku melayang diudara! Ada apa ini? Seluruh tubuhku diselimuti aura berwarna ungu.

Aku melihat kesekitarku dan melihat. Sesosok yang sangat tidak asing bagiku. Sosok tersebut sedang mengendarai Fearow dengan Porygon2 yang melayang layang di pundaknya. Dia... Kakakku.
"Hey kawan! Terima kasih sudah merespon panggilanku dan datang tepat waktu!" Sapa Wallace kepadanya.
Kakakku dengan (sok) cool membalas sapaan Wallace tadi,
"Seorang lelaki, selalu datang tepat waktu"

Kembali ke Atas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"