Apa Itu "Shed's Blog" ?

Shed's Blog merupakan fanfiction Pokemon bersambung karya danielshedley.

Fanfiction ini menceritakan tentang petualangan Shed, seorang pelatih Pokemon muda yang memulai petualangannya di region Hoenn.
Ditemani dengan Pokemon-Pokemon-nya yang diberi nama panggilan yang unik-unik, Shed akan menjadi pelatih Pokemon terhebat!
(baca selengakapnya, Klik disini)



(fanfict ini buatan Dan dari website perjalananshed.blogspot.com..kalau kalian menemukan tulisan ini di tempat lain selain di web tersebut, berarti tulisan ini telah dibajak)
~danielshedley

©2009-2012 Shed's Blog Allright Reserved


Minggu, 14 Februari 2010

Entri #016 : Tidak Memiliki Evolusi

"Bagaimana bisa? maksudku, aku tahu Porygon2 menggunakan Ice Beam, tapi mengapa dia bisa menembus badai pasir dengan mudah!?" Tanya Ayahku keheranan. "Mudah saja, aku menyuruh Porygon2 untuk menjiplak kemampuan Tudung Pasir milik Cacturne, dengan begitu, Porygon2 bisa melihat di badai pasir dengan mudah" Jawab kakakku santai. "Muahahahaha! Cerdik sekali!!" Wattson tertawa dengan kencang, aku tidak tahu persis apa yang lucu dari itu. Aku pun langsung bertanya pada kakak, akan apa yang harus kulakukan sekarang.

"Sekarang tinggal kita habisi Magneton" Katanya.
"Itu saja, 'kak?"
"Memang mau bagaimana lagi!?" Balasnya sewot.
Aku pun langsung menyuruh Skywalker untuk menggunakan Leaf Blade. "Tak akan kubiarkan, Magneton, Thunder!" Gawat! aku lupa jika ditengah hujan seperti ini Thunder akan memiliki akurasi yang sangat akurat!
"Tidak semudah itu, Porygon2 ganti cuaca menjadi sinar matahari!" Porygon2 menggunakan Sunny Day. Thunder langsung meleset. "Buahahaha! Boleh juga!" Wattson tertawa lagi. "Skywalker, Mega Drain!" Teriakku. "Kau juga Porygon2! Hyper Beam!!" Perintah Kakakku. 2 Serangan yang datang secara beruntun membuat Magneton sulit menghindarinya. Sinar mematikan Hyper Beam langsung membuat Magneton tersungkur ditanah. Sebelum sempat bangun, sudah terhisap tenaganya oleh Mega Drain. Magneton tidak sadarkan diri dan kalah.
"Kita menang kak!" Sorakku gembira. "Kalau soal itu memang sudah aku prediksi dari awal, 'kan sudah kubilang aku terlalu kuat untuk pertarungan seperti ini" Katanya sombong. "Wah, kalian berdua hebat Ayah salut" Kata Ayahku. "Muahaha! Sam Kecil, kau berhak menerima ini" Wattson memberikan Lencana Dinamo kepadaku. "Omong-omong, Shed" Sela Ayahku. "Ada apa, yah?" Tanyaku. "Kan Nanti malam terakhirmu. Jadi Ayah akan mengajakmu untuk berlatih malam, akan kuajarkan beberapa jurus bagus untuk Pokemonmu, dan tentu saja, memperkuatnya"
"Wah, terima kasih Ayah!"

Keesokan harinya aku sudah mau meninggalkan rumah, aku sudah siap untuk melakukan perjalanan lagi. "Sampai jumpa, nak, kabari kita kalau ada apa-apa ya"
"Bu, aku sudah bukan anak kecil lagi, aku bisa menjaga diriku sendiri" Protesku.
"Baiklah, nak, hati-hati, oh iya, aku memberikanmu kotak kecil, kotak itu tak bisa dibuka kecuali menggunakan kekuatan psikis dari Pokemon yang kuat" Kata Ayahku.
"Kotak kecil? untuk apa?" Tanyaku mengerutkan dahi.
"Ya, nanti kau akan tahu, itu menggunakan kekuatan psikis dari Porygon2 kakakmu, makanya karena kuat, harus dibuka dengan kuat juga"
"Sudah kubilang aku ini hebat" Tiba-tiba kakakku nyambung. Dasar sombong, mentang-mentang kuat, pintar, dan terkenal, dia menjadi sangat sombong.
"Omong-omong, kau nanti ke Fallarbor?" Tanya Kakakku.
"Itu yang akan kukunjungi pertama, 'kan tadi malam kakak memberikan kacamata Go-Goggles agar aku bisa menembus badai pasir di rute 111"
"Oh, kalau begitu, sampaikan salam pada Professor Cosmo"
"Oh, baiklah, dia yang kenalan kakak itu 'kan?"
"Iya" Jawab Kakakku.
"Baiklah, aku pergi ya!" Aku langsung berjalan menuju ke utara, untuk menuju rute 111.
"Baiklah hati-hati!! Jangan sampai kalah dari pertarungan! Ingat latihanmu tadi malam!"

Tak lama kemudian aku sampai di utara kota Mauville. Ada sebuah batu yang mengahalangi, aku pun menggunakan Synyster. "Synyster, Rock Smash!" Batu tersebut dihancurkan dengan satu sundulan. Setelah melewati perjalanan yg lumayan memakan waktu, langsung melihat sebuah lembah, dan ternayata itu lembah badai pasir yang berada di rute 111. Aku pun langsung memakai kacamata Go-Googles ku agar bisa melihat dengan jelas di tengah badai pasir. Aku mengeluarkan Synyster dan Maxilliam dari dalam PokeBall, karena yang bisa melihat dengan jelas di padang pasir hanyalah Pokemon bertipe batu, besi, dan tanah, atau juga Pokemon dengan kemampuan Tudung Pasir. Berhubung Synyster dan Maxilliam bertipe besi, maka aku akan mendapat bantuan jika terjadi sesuatu. "Kalau ada sosok mencurigakan, serang saja, jangan ragu-ragu" Kataku sembari mengikatkan diriku dengan tali yang dihubungkan dengan Maxilliam dan Synyster, yah, hanya untuk jaga-jaga jika aku kehilangan mereka. "Kita berjalan ke arah utara, menuju rute 113, agar kita bisa sampai kota Fallarbor, oke?"

Setelah berjalan cukup lama, aku beristirahat sebentar sambil duduk di sebuah batu. "Max, Syn, Kita istirahat dulu, sudah sekitar 40 menit kita berjalan" Kataku. Badai pasir berhembus kencang, aku bahkan sampai memakai penutup telinga yang seharusnya untuk dipakai di daerah salju. Yah, daripada tidak diapakai, toh Hoenn adalah daerah tropis, hampir tidak mungkin kau akan menemukan salju disini "Hhhhhh" Tiba-tiba saja aku mendengar suara nafas seseorang, aku pun menoleh kebelakang, dan terlihat, sebuah sosok misterius. Melihat itu, Maxilliam langsung refleks menyerangnya dengan ThunderBolt. "Aduuh!!!" Teriak sosok tersebut. Ternyata itu orang. "Oh, maaf-maaf! Saya kira apa!" Aku segera membantunya berdiri. Ternyata sosok itu adalah seorang bapak-bapak, berpakaian seperti arkeolog. "Oh! Tidak apa-apa anak muda! Untung di badai pasir seperti ini, kekuatan serangan listrik berkurang" Jelasnya. Di Badai pasir seperti ini, kalau berbicara suaranya harus dikeraskan, agar bisa terdengar.
"Kau kenapa nak? tersesat?" Tanya orang tersebut.
"Tidak juga, aku hanya sedang berusaha menembus badai pasir ini" Jawabku santai.
"Tapi mau ku antarkan sampai kau berhasil melewati ini?"
"Bo..boleh aku mau pergi ke rute 113"
"Oh, aku tahu jalannya, sini kuantarkan, ehhh.. Shed 'kan?" Orang tersebut mengetahui namaku. Padahal aku tidak menggunakan kartu pengenal atau semacamnya. "I.. Iya" Jawabku dengan bingung.
"Ohahahaha! Kakakmu itu dulu murid favoritku saat aku masih mengajar bidang arkeologi di sekolah Pokemon di Rustboro dulu" Balasnya.
"Lagipula, sekarang, siapa sih yang gak kenal kakakmu? yang kenal kakakmu otomatis mengenalmu juga dong!" Lanjutnya. Huh, tidak juga, kakakku kan tipe orang yang individualisme dan egois, semua yang dia miliki hanya dia yang menikmati, makanya, dia gak pernah bilang-bilang kalau aku adiknya, kecuali kalau ditanya. Aku pun dikenal sebagai adik dari kakakku juga karena aku beritahu nama keluargaku pada orang lain, atau juga memang karena wajahku mirip. "Oh iya, Anda??"
"Oh! Maaf! Namaku Donald"
"Bagaimana, mau ku antar?" Lanjutnya lagi.
"Boleh" Aku pun langsung beranjak dari tempatku dan mengikuti Donald dari belakang.

Setelah sekian lama berjalan, akhirnya aku sampai ke Rute 113. "Terima kasih, Pak! Sampai sini saja kok" Kataku. "Benar nih?"
"Benar, aku sudah bisa sampai disini, terima kasih banyak ya!"
"Oke, hati-hati nak!" Donald langsung kembali ke badai pasir melanjutkan perjalanannya. Aku pun langsung memasukan Synyster dan Maxilliam yang dari tadi berada di luar PokeBall. "Kalian harus istirahat" Kataku. Aku pun langsung berjalan menuju arah barat, mendaki sebuah gunung. Di gunung ini abu vulkanik bertebaran dimana-mana. Saat aku sedang berjalan, tiba-tiba ada sesosok mendarat dari udara ke sebuah batu besar di depanku. Pokemon itu bertengger diatas batu tersebut. aku pun mengeluarkan Pokedexku.

"SKARMORY, POKEMON JUBAH BESI, BERTIPE BESI, TIDAK MEMILIKI EVOLUSI ATAUPUN PRA-EVOLUSI"

Wah! Skarmory! harus kutangkap! "Maxilliam! Maju!" Aku mengeluarkan Maxilliam. Pokemon listrik akan sangat efektif terhadap Pokemon terbang macam Skarmory. "Thunder Bolt!" Sengatan listrik langsung mengarah kearah Skarmory. Tiba-tiba saja, terdengar suara "Vibrava, Dragon Breath!" Sebuah serangan langsung menyerempet Thunder Bolt milik Maxilliam. Alhasil, DragonBreath asing tersebut langsung beradu dengan Thunderbolt, dan menciptakan ledakan kecil. Menyadari ada yang mengincarnya, Skarmory liar tersebut langsung terbang kabur. "Vibrava, kembali!" Orang pemilik Vibrava tersebut langsung menghampiriku. Oh, ternyata hanya anak perempuan, rambutnya panjang, umurnya kira-kira dibawahku sedikit, mungkin sekitar 1 tahun. "Hai" Aku menyapa sok akrab. Mukanya langsung memerah dan langsung membentak "APA MAKSUDMU TADI, HAH!?"
"Eh? apa maksudmu? tiba-tiba saja..."
"ITU SKARMORY INCARANKU!"
"Oh, aku tidak tahu, maaf-maaf"
"Maaf? itu Skarmory yang kuincar dari kemarin! Skarmory tersebut sudah hampir masuk jebakanku tapi kau malah membuatnya kabur!"
"Su..sudahlah, lagian tinggal cari lagi 'kan?"
"Cari lagi!? itu Skarmory yang langka karena dia bisa menggunakan Drill Peck yang hanya bisa dipelajari secara khusus!" Jawabnya kesal. Mendengar keluhan tak berguna tadi, aku juga ikutan kesal, aku pun langsung berniat meninggalkannya. "Yasudah, aku lagi sibuk, good luck ya" Aku langsung melewatinya, melihat itu, perempuan tersebut langsung menahanku. "Apa lagi!?" Aku sewot. Perempuan tersebut langsung mengambil salah satu PokeBall dari pinggangku. "Skywalker!! Hey apa maksudmu!?" Perempuan tersebut langsung memasukan PokeBall berisi Skywalker kedalam tasnya yang berisi banyak PokeBall. Bagus, dengan begini aku tidak tahu yang mana Skywalker. "Hei, kalau kau melakukan hal macam-macam, aku tak segan mengancammu dengan Pokemon!" Maxilliam langsung menghadangnya. "Boleh juga, mau diadu dengan Vibrava-ku?" Aku tak mungkin mengadu Synyster dan Maxilliam melawan Vibrava, karena mereka berdua lemah akan Pokemon tanah. "Cih, baiklah apa maumu!?" Aku menarik kembali Maxilliam yang siap untuk menyerang. "Aku mau, kau membantuku menangkap Skarmory tersebut"
"Hah? tapi kan susah!" Aku berusaha menolak.
"Kau ingat sendiri kan, kau yang bilang bahwa 'gampang mencarinya, hanya tinggal cari lagi'"
Mendengar itu aku tak bisa berkata apa-apa. "Baiklah, setuju?" Perempuan itu mengadahkan tangannya untuk bersalaman, "Oke, tapi kebalikan Skywalker-ku" Aku menyetujuinya

Kembali ke Atas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"